New Videos from Youtube

Buku Sejarah terbaik

Buku Dialog Sunni Syiah

Download Buku Dialog Sunni Syiah, akidah, fiqih, sejarah, dan kajian lainya. silahkan klik pada link download yg berwarna biru disebelah judul buku.
  1. Tragedi Karbala 10 Muharram: › download
  2. Imamah dan Wilayah: › download
  3. Konsep Keadilan Allah SWT: › download
  4. Sejarah 14 Manusia Suci AS: › download
  5. Sejarah Tragedi Karbala: › download
  6. Akhirnya Kutemukan Kebenaran: › download
  7. Suksesi Pasca Wafat Nabi Saw: › download
  8. Sudahkah Anda Sholat?: › download
  9. Pelajaran Akhlak dalam Kehidupan: › download
  10. Sayyid Husain alHabsyi dan Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga: › download
  11. Konsep Laknat dalam al Quran: › download
  12. Ahlul Bait as dalam al Quran dan Hadis: › download
  13. Membangun Surga Dalam Keluarga: › download
  14. Antologi Islam: › download
  15. Riwayat Hidup Ahlul Bait as: › download
  16. Syiah Produk alami Islam: › download
  17. Memilih Mazhab Ahlul Bait as: › download
  18. Dialog Bersama Nabi Saw dan Ahlul bait as: › download
  19. Kitab Muktamar Baghdad: › download
  20. Peradaban Syiah dan Ilmu Keislaman (PDF): › download
  21. Kebenaran Syafaat: › download
  22. Kisah Teladan Rasulullah SAW dan Ahlul Bait as: › download
  23. Neraca Kebenaran Dan Kebatilan: › download
  24. Peradaban Syiah dan Ilmu Keislaman (CHM): › download
  25. Meretas Jalan Islam Muhammadi: › download
  26. Sekilas Biografi 14 Manusia Suci: › download
  27. Dialog Mazhab AhlulBayt as: › download
  28. Kebenaran yang Hilang: › download
  29. Syiah Rasionalisme dalam Islam: › download
  30. Khutbah Rasulullah Saaw di Ghadir Khum: › download
  31. Kemelut Kepemimpinan Pasca Rasulullah Saaw: › download
  32. Manusia Dan Alam Semesta: › download
  33. Wasiat sufi imam khomeini ra: › download
  34. Mengenal Sayidah Fathimah az Zahra as: › download
  35. Teks dan terjemahan alquran: › download
  36. Masuknya Islam ke Indonesia: › download
  37. Nahjul Balaghah: › download
  38. Pendidikan Anak Menurut Ajaran Islam: › download
  39. Menjelajah Semesta Iman: › download
  40. Peristiwa Ghadir dalam Perspektif Ahlusunnah: › download
  41. Inilah Aqidah Syiah: › download
  42. Fiqih Islam oleh Sayyid Ali Sistani: › download
  43. Ahlul Bait AS Keluarga yang Disucikan Allah SWT: › download
  44. Khulafaur Rasyidin Antara Nash Dan Ijtihad: › download
  45. Tafsir juz amma: › download
  46. Dialog Antar Iman: › download
  47. Aliran Syiah di Indonesia: › download
  48. Doa dan Amalan Ramadhan: › download
  49. Takdir Manusia oleh Murtadha Muthahhari ra: › download
  50. Bahaya Hawa Nafsu: › download
  51. Mengenal Syiah – oleh: Syaikh Jafar Hadi: › download
  52. Sejarah Abu Hurairah: › download
  53. Fiqih Islam dalam Lima Mazhab: › download
  54. Mencari Tuhan: › download
  55. Isu Penting Ikhtilaf Sunnah Syiah: › download
  56. Mizan Keadilan Tuhan: › download
  57. Peran Akidah: › download
  58. AhlulBait as dalam al Quran dan Hadits: › download
  59. Perspektif Keadian Sahabat Dalam Islam: › download
  60. Kisah Para Nabi AS: › download
  61. Konsep Akidah Syiah Imamiyah: › download

BIOGRAFI IMAM HUSEIN a.s.


 Tanggal 3 Syaban 4 H, kota suci Madinah menjadi saksi kelahiran seorang bayi suci, buah cinta Ali bin Abi Thalib as dan Fathimah al-Zahra as. Ia adalah putra kedua sebuah keluarga yang selalu dipuji-puji oleh Rasulullah Saw dan disebutnya sebagai Ahlul Bait. Bahkan Al-Quran pun menegaskan kesucian mereka dari segala dosa dan noda. Dalam surat al-Ahzab ayat 33, Allah swt berfirman: "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya".
Ibunda bayi lelaki itu adalah Sayyidah Fathimah al-Zahra as, putri Rasulullah saw. Ia adalah perempuan terbaik lantaran keutamaan akhlak dan kesempurnaannya. Allah Swt menurunkan surat al-Kautsar sebagai bentuk penghargaan terhadap posisi Sayyidah Fathimah yang begitu luhur.
Sementara ayah dari bayi suci itu adalah Ali bin Abi Thalib as. Ia adalah lelaki pertama yang memeluk Islam dan tak pernah ternodai dengan kemusyrikan. Ia dikenal sebagai sosok manusia yang pemberani, pujangga, dan orator ulung. Perjuangan beliau dalam membela Islam sedemikian besarnya, hingga ia mendapat julukan "Asadullah", Singa Allah.
Pada hari yang penuh dengan berkah dan kebahagiaan itu, sang bayi pun segera diantar ke pangkuan Rasulullah saw. Dengan penuh penghormatan, Imam Ali as meminta Rasulullah saw untuk memberi nama cucunya yang baru lahir itu. Dan akhirnya sang kakek memberinya nama Husein.
Kecintaan dan perhatian Rasulullah saw kepada Imam Husein sudah menjadi buah bibir umat Islam di masa itu. Bint al-Shati, penulis kenamaan Mesir menuturkan, "Bagi Nabi, nama Hasan dan Husein adalah senandung indah dan suara merdu yang tak pernah membosankan untuk selalu disebut-sebutnya. Beliau selalu menganggap kedua cucunya itu seperti anak sendiri. Allah swt menganugrahkan nikmat yang demikian besar kepada Sayyidah Zahra as sehingga keturunan Rasulullah saw terus bersambung melalui putra-putranya dan memberi kehormatan kepada Ali bin Abi Thalib as sehingga melaluinya keturunan Nabi Saw tiada terputus".
Kecintaan Rasulullah saw kepada kedua cucunya itu bukan sekedar karena ikatan keluarga dan darah. Sebab sebagaimana yang ditegaskan sendiri oleh Al-Quran, seluruh perilaku dan ucapan Nabi Saw tidak pernah ternodai oleh hawa nafsu dan keinginan pribadi, melainkan selalu bersumber dari wahyu dan bimbingan ilahi. Kecintaan Rasulullah saw kepada Hasan dan Husein sejatinya bersumber dari posisi istimewa kedua cucunya itu di kalangan umat Islam. Seluruh jiwa dan kalbu Rasulullah saw dipenuhi oleh rasa sayang dan cintanya kepada Hasan dan Husein as. Sampai-sampai beliau bersabda: "Barang siapa yang mencintai mereka, maka ia sejatinya mencintaiku. Dan barang siapa yang memusuhinya, maka ia memusuhiku".
Saat peristiwa Mubahalah terjadi, Husein bin Ali masih kecil. Pada hari itu, Rasulullah saw mengajukan tantangan mubahalah kepada kaum nasrani Najran untuk membuktikan ajaran mana yang benar dan mengharap kehancuran bagi yang salah. Untuk membuktikan keseriusan beliau dalam bermubahalah dengan para pemimpin kaum nasrani Najran, Rasulullah pun membawa orang-orang yang paling dicintainya, yaitu Ahlul Bait beliau sendiri. Mereka adalah Imam Ali as, Sayyidah Fatimah, dan kedua putranya, Hasan as dan Husein as.
Perlahan tanpa terasa, Husein as telah menginjak usia enam tahun. Pada usianya yang masih kanak-kanak itulah, Rasulullah saw memenuhi panggilan ilahi dan menutup mata untuk selamanya. Rasulullah saw meninggalkan umatnya setelah beliau berpesan untuk menjadikan Ahlul Bait sebagai rujukan utama dan selalu mencintai mereka.
Selang beberapa tahun setelah kepergian Rasulullah saw, umat Islam akhirnya meminta Imam Ali as sebagai khalifah. Di masa itu, Husein bin Ali as selalu menjadi sahabat setia perjuangan ayahnya dalam menegakkan Islam. Bersama saudaranya, Hasan bin Ali as, Husein bin Ali as senantiasa mendampingi Imam Ali as baik di medan laga maupun di kancah politik.
Pasca syahidnya Imam Ali as, tampuk kepemimpinan umat beralih ke Imam Hasan as, kakak Husein bin Ali as. Seperti halnya di masa Imam Ali, Husein bin Ali as selalu setia mendampingi perjuangan dan kepemimpinan Imam Hasan as. Setelah Imam Hasan gugur syahid, kendali imamah berada di tangan Imam Husein as hingga akhirnya terjadilah peristiwa heroik di padang Karbala dan menempatkan dirinya sebagai pahlawan pembebasan terbesar di sepanjang masa.
Tak syak, Nabi Muhammad Saw dan ahlul baitnya as adalah suri teladan terbaik bagi seluruh manusia. Dengan mengenal dan menerapkan model kehidupan mereka, niscaya kita akan memiliki suatu kehidupan yang luhur dan berorientasi ilahi.
Sirah dan model kehidupan Imam Husein as berpijak di atas landasan kecintaan terhadap umat. Keberadaan beliau merupakan manifestasi kecintaan kepada Sang Khaliq hingga sinaran cintanya menerangi seluruh alam semesta dan menyeru umat manusia untuk memeluk kebenaran.
Imam Husein as terkenal sebagai sosok manusia yang amat pengasih dan pemaaf. Dalam sejarah kehidupannya dicatat, suatu ketika seorang dari Syam bernama Isham datang ke kota Madinah. Setibanya di sana, ia melihat seorang pribadi yang terlihat amat berbeda dengan khalayak lainnya. Ia pun bertanya kepada orang-orang, siapakah gerangan sosok istimewa yang dilihatnya itu. Mereka menjawab, ia adalah Husein bin Ali as. Isham yang saat itu terpengaruh oleh fitnah dan propaganda bani Umayyah segera pergi mendekati beliau dan mencercanya dengan segala hinaan dan makian. Menanggapi perilaku Isham, Imam Husein tak lantas marah begitu saja, sebaliknya beliau justru menatapnya dengan penuh keramahan dan kasih sayang. Sejenak kemudian, beliau pun membacakan ayat suci al-Quran mengenai sikap maaf dan mengabaikan kekhilafan orang lain, lalu berkata, "Wahai lelaki, aku siap melayani dan membantu apapun yang engkau perlukan". Kemudian Imam as bertanya, "Apakah engkau berasal dari Syam?" Lelaki itupun menjawabnya, "Iya".
Imam lantas berkata, "Aku tahu mengapa engkau bersikap demikian. Tapi kini engkau sekarang berada di kota kami dan terasing di sini. Jika engkau memerlukan sesuatu, aku siap membantu dan menyambutmu di rumahku".
Melihat sikap Imam Husein yang di luar dugaan dan begitu ramah itu, Isham pun menjadi takjub dan terkesima. Hingga ia pun berkata, "Di saat itu, aku berharap bumi terbelah dan aku tergelincir di dalamnya daripada bersikap begitu keras kepala dan ceroboh semacam itu. Bayangkah saja, hingga saat itu aku masih menyimpan kebencian yang sangat mendalam terhadap Husein dan ayahnya. Namun sikap penuh welas asih Husein bin Ali as membuat diriku malu dan menyesal. Dan kini tak ada siapapun yang lebih aku cintai kecuali dia dan ayahnya".
Dalam rangkaian wejangannya, Imam Husien as berkata, "Wahai umat manusia, hiduplah kalian dengan nilai-nilai moral yang luhur dan berlomba-lombalah kalian untuk memperoleh bekal kebahagiaan. Jika kalian berbuat baik kepada seseorang, namun ia tak membalas kebaikanmu, janganlah khawatir. Sebab Allah swt akan memberimu ganjaran yang terbaik. Ketahuilah, kebutuhan masyarakat kepada kalian merupakan nikmat ilahi. Maka, jangan kalian lewatkan kenikmatan itu supaya kalian bisa terhindar dari azab ilahi."
Imam Husein as juga pernah berkata, "Barang siapa yang terjebak dalam kesulitan dan ia tak tahu mesti berbuat apa lagi, maka kasih sayang dan bersikap lemah lembut dengan masyarakat merupakan kunci untuk menyelesaikan persoalannya".
Imam pernah pula menuturkan, "Insan yang paling pemaaf adalah seseorang yang memaafkan saat ia berada di puncak kekuasaannya".(IRIB)
 sumber : http://www.taqrib.info

Foto Kelas 6 2014

Widya Paraswati




























 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Pustaka Miis Jatigede - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger